Tuesday, March 9, 2010
xperia x 10mini
KOMPAS.com -
Tidak hanya satu
tapi tiga ponsel
berplatform
Android yang
pasti dirilis Sony
Ericsson ke pasaran tahun ini.
Sama-sama diberi nama Xperia
X10, namun dua smartphone
baru diberi tambahan label Mini
dan lainnya Mini Pro.
"Bagi kami, tahun ini, Android
sangat penting karena kami
memiliki kerja sama yang erat
dengan Google," kata Bert
Nordberg, Presiden Sony
Ericsson sepereti dilansir PC
Magazine. Ia mememerkannya
Minggu (14/2/2010) malam di
Barcelona, Spanyol atau sehari
jelang dimulainya Mobile World
Congress 2010.
Sekilas tampilan kedua alternatif
Xperia X10 Mini dan Mini Pro
sama saja yakni lebih pendek
daripada X10 yang telah
diumumkan sejak tahun lalu.
Keduanya juga sama-sama
menggunakan sistem operasi
Android 1.6 dan mendukung
akses ke layanan bursa aplikasi
Android Market yang
dikembangkan Google serta
dilengkapi aplikasi seperti Gmail
dan Google Maps. Fitur
utamanya layar sentuh selebar
2,55 inci dan kamera 5
megapixel.
Perbedaannya, Xperia X10 Mini
Pro dilengkapi keyboard
QWERTY yang muncul jika
layarnya didorong ke atas
seperti halnya seri Xperia X1
dan X2. Xperia X10 Mini Pro
juga sedikit lebih berat
dibandingkan Mini, 119 gram
dengan 78 gram. X10 Mini Pro
juga hanya tersedia warna
hitam dan merah, sedangkan
X10 Mini tersedia juga dengan
pilihan warna lainnya seperti
pink, perak, putih, dan hijau.
Belum ada tanggal resmi kapan
kedua ponsel ini akan tersedia
di pasaran. Bahkan X10 yang
diumumkan lebih dulu saja
belum ada kejelasan termasuk
apakah akan masuk pasar
Indonesia atau tidak.
symbian vs android
Pertarungan Android dan Symbian
KOMPAS.com - Apa kabar
Symbian? Symbian adalah sistem operasi ponsel
cerdas yang kini menguasai dunia.
Hingga Februari 2010, platform
Symbian telah dikembangkan
lebih dari 10 tahun dan telah
dibenamkan di lebih dari 330
juta perangkat di seluruh dunia.
Laju Symbian di ponsel pintar
tidak terkejar oleh sistem
operasi lainnya karena
kekuatan sistem operasi yang
membolehkan developer luar
membangun aplikasi di ponsel
Symbian.
Maka, ribuan aplikasi gratis dan
berbayar lahir dari para
developer software di penjuru
dunia. Inilah yang membuat
ponsel Symbian kaya akan
konten dan pengguna Symbian
adalah pribadi-pribadi yang
suka ngoprek.
Walaupun ada yang
memperkirakan sistem operasi
Android bakal nomor dua di
bawah Symbian pada tahun
2013, Symbian tampak masih
menjadi kekuatan mumpuni.
Apalagi, sesuai janji para
petinggi Nokia, tahun 2010,
Symbian Foundation sudah
secara penuh melepas sistem
operasi itu sebagai kode
terbuka (open source).
Symbian identik dengan ponsel
pintar dari Nokia. Namun,
bukan Nokia saja yang
sebenarnya menggunakan
Symbian.
Symbian Foundation, lembaga
yang bertugas mengurusi
persiapan Symbian ke open
source, adalah organisasi
nonprofit yang diumumkan 24
Juni 2008. Nokia menggandeng
Sony Ericsson, Motorola, NTT
DoCoMo, AT&T, LG Electronics,
Samsung Electronics,
STMicroelectronics, Texas
Instruments, Vodafone, dan
beberapa deretan brand lain
untuk mengerek Symbian.
Selain dana, Nokia memberi
kontribusi Symbian OS dan S60
untuk Symbian Foundation.
Sony Ericsson dan Motorola tak
mau kalah, mereka
menyumbang kode andalan
mereka, yaitu UIQ. NTT DoCoMo
memberi kontribusi MOAP (S).
Dengan modal itu, masa depan
Symbian Foundation harusnya
bisa lebih menggebrak pasar.
Spekulasi memang merebak
kalau aliansi Symbian itu untuk
menghadang Android.
Namun, dalam sebuah
kesempatan, Bob Iannucci yang
saat itu menjabat Senior Vice
President Chief Technology
Officer Nokia membantah
anggapan tersebut. ”Sudah
lama kami berada di bisnis ini.
Jadi tidak benar kalau ini
respons kami atas Android, ”
katanya.
Terlambat tampil
Symbian Foundation terlalu
lambat bergerak untuk
merespons para ”Google Mania”
yang terus mengikuti isu
Android dan menanti fitur-fitur
aplikasi Google untuk berjalan
sempurna di ponsel. Jauh
sebelum ponsel Android
diwujudkan, para komunitas
sudah menggalang diskusi soal
Android.
Demikian juga di Indonesia.
Agus Hamonangan, yang
sebenarnya bukan programmer
atau ahli teknologi, rajin meng-
update informasi teknologi
Android dan mendirikan
mailing list Indonesia Android
Community yang beralamat di
id-android@googlegroups.com.
Jauh sebelum ponsel-ponsel
Android hadir di Indonesia,
komunitas itu sudah
meramaikan jagat diskusi
internet soal Android. ”Virus”
Android pun terus ditularkan.
Iklan gratis berupa word of
mouth (WOM) soal Android
benar-benar berjalan secara
sukarela.
”Anggota kami sekarang sekitar
1.200 orang. Ini milis untuk
komunitas yang suka ngoprek
teknologi Android, ” kata Agus.
Forum diskusi dan komunitas
pengguna Android pun terus
tumbuh walaupun ponsel
Android secara resmi belum
beredar di Indonesia. Mereka
gerilya mencari produk
tersebut langsung ke luar
negeri yang sudah merilis
ponsel Android.
Di saat kekosongan ponsel
Android itu, ternyata belum
terjadi loncatan strategi dari
Symbian walaupun Symbian
tetap memimpin di segmen
sistem operasi ponsel pintar. Ini
terjadi karena sistem
keanggotaan Symbian
Foundation yang tak
sepenuhnya terbuka.
Tak mudah mendapatkan kode
penuh karena sistem
keanggotaan mewajibkan
membayar 1.500 dollar AS
sehingga developer kecil tak
mampu mendapatkan kode
secara penuh.
Pada saat Android sudah
mencanangkan akan langsung
menggratiskan Android,
Symbian masih mempersiapkan
rencana menggratiskan peranti
lunak itu ke open source tahun
2010. Penundaan ini
kemungkinan terkait dengan
penyelesaian saham di Symbian
Limited dan juga persoalan
mengintegrasi semua software
aplikasi ke dalam Symbian yang
baru.
Kekosongan antara tahun 2008
dan tahun 2010 itulah yang
dimanfaatkan Android untuk
tampil melenggang mencitrakan
diri sebagai open source sejati.
Tanggal 4 Februari, menurut
situs resminya di Symbian.org,
Symbian Foundation resmi
merilis platform Symbian di
bawah open source. Untuk rilis
awal, Symbian baru merilis
untuk paket Kernel dan
Hardware Services yang gratis
diunduh.
Informasinya bisa dilihat di
http://developer.symbian.org/
wiki/index.php/
Category:Platform_Opening.
” Platform Symbian yang telah
dibenamkan di lebih dari 330
juta perangkat di seluruh dunia
kini resmi dibuka dan gratis, ”
kata Lee Williams, Executive
Director of the Symbian
Foundation.
”Komunitas pengembang
sekarang sudah diperkuat
untuk menghadapi industri
bergerak masa depan, ” tambah
Lee. Secara penuh, semua
platform Symbian akan dibuka
untuk umum pada pertengahan
2010.
Sayangnya, publikasi rilis open
source itu masih minim dan tak
menggaung. Kalah dengan
gaung Android yang mulai rajin
merangkul komunitas.
”Saya baru saja pulang dari
Singapura, diundang Google
untuk acara Android Developer
Labs. Saya tak menyangka
diundang. Google tampaknya
rajin merangkul komunitas
pengguna maupun developer.
Mereka juga punya acara
Developer Days yang
menggalang para developer,”
kata Agus Hamonangan dari
milis id-android.
Dengan kabar ini, tampaknya
pertarungan ponsel pintar akan
menarik dan komunitas
pengguna serta komunitas
pengembang dipastikan bakal
menjadi ”rebutan”. Namun,
selama berada di jalur open
source, Android dan Symbian
seharusnya bisa bersaing sehat.
Sesama kode terbuka dilarang
saling menelikung.
KOMPAS.com - Apa kabar
Symbian? Symbian adalah sistem operasi ponsel
cerdas yang kini menguasai dunia.
Hingga Februari 2010, platform
Symbian telah dikembangkan
lebih dari 10 tahun dan telah
dibenamkan di lebih dari 330
juta perangkat di seluruh dunia.
Laju Symbian di ponsel pintar
tidak terkejar oleh sistem
operasi lainnya karena
kekuatan sistem operasi yang
membolehkan developer luar
membangun aplikasi di ponsel
Symbian.
Maka, ribuan aplikasi gratis dan
berbayar lahir dari para
developer software di penjuru
dunia. Inilah yang membuat
ponsel Symbian kaya akan
konten dan pengguna Symbian
adalah pribadi-pribadi yang
suka ngoprek.
Walaupun ada yang
memperkirakan sistem operasi
Android bakal nomor dua di
bawah Symbian pada tahun
2013, Symbian tampak masih
menjadi kekuatan mumpuni.
Apalagi, sesuai janji para
petinggi Nokia, tahun 2010,
Symbian Foundation sudah
secara penuh melepas sistem
operasi itu sebagai kode
terbuka (open source).
Symbian identik dengan ponsel
pintar dari Nokia. Namun,
bukan Nokia saja yang
sebenarnya menggunakan
Symbian.
Symbian Foundation, lembaga
yang bertugas mengurusi
persiapan Symbian ke open
source, adalah organisasi
nonprofit yang diumumkan 24
Juni 2008. Nokia menggandeng
Sony Ericsson, Motorola, NTT
DoCoMo, AT&T, LG Electronics,
Samsung Electronics,
STMicroelectronics, Texas
Instruments, Vodafone, dan
beberapa deretan brand lain
untuk mengerek Symbian.
Selain dana, Nokia memberi
kontribusi Symbian OS dan S60
untuk Symbian Foundation.
Sony Ericsson dan Motorola tak
mau kalah, mereka
menyumbang kode andalan
mereka, yaitu UIQ. NTT DoCoMo
memberi kontribusi MOAP (S).
Dengan modal itu, masa depan
Symbian Foundation harusnya
bisa lebih menggebrak pasar.
Spekulasi memang merebak
kalau aliansi Symbian itu untuk
menghadang Android.
Namun, dalam sebuah
kesempatan, Bob Iannucci yang
saat itu menjabat Senior Vice
President Chief Technology
Officer Nokia membantah
anggapan tersebut. ”Sudah
lama kami berada di bisnis ini.
Jadi tidak benar kalau ini
respons kami atas Android, ”
katanya.
Terlambat tampil
Symbian Foundation terlalu
lambat bergerak untuk
merespons para ”Google Mania”
yang terus mengikuti isu
Android dan menanti fitur-fitur
aplikasi Google untuk berjalan
sempurna di ponsel. Jauh
sebelum ponsel Android
diwujudkan, para komunitas
sudah menggalang diskusi soal
Android.
Demikian juga di Indonesia.
Agus Hamonangan, yang
sebenarnya bukan programmer
atau ahli teknologi, rajin meng-
update informasi teknologi
Android dan mendirikan
mailing list Indonesia Android
Community yang beralamat di
id-android@googlegroups.com.
Jauh sebelum ponsel-ponsel
Android hadir di Indonesia,
komunitas itu sudah
meramaikan jagat diskusi
internet soal Android. ”Virus”
Android pun terus ditularkan.
Iklan gratis berupa word of
mouth (WOM) soal Android
benar-benar berjalan secara
sukarela.
”Anggota kami sekarang sekitar
1.200 orang. Ini milis untuk
komunitas yang suka ngoprek
teknologi Android, ” kata Agus.
Forum diskusi dan komunitas
pengguna Android pun terus
tumbuh walaupun ponsel
Android secara resmi belum
beredar di Indonesia. Mereka
gerilya mencari produk
tersebut langsung ke luar
negeri yang sudah merilis
ponsel Android.
Di saat kekosongan ponsel
Android itu, ternyata belum
terjadi loncatan strategi dari
Symbian walaupun Symbian
tetap memimpin di segmen
sistem operasi ponsel pintar. Ini
terjadi karena sistem
keanggotaan Symbian
Foundation yang tak
sepenuhnya terbuka.
Tak mudah mendapatkan kode
penuh karena sistem
keanggotaan mewajibkan
membayar 1.500 dollar AS
sehingga developer kecil tak
mampu mendapatkan kode
secara penuh.
Pada saat Android sudah
mencanangkan akan langsung
menggratiskan Android,
Symbian masih mempersiapkan
rencana menggratiskan peranti
lunak itu ke open source tahun
2010. Penundaan ini
kemungkinan terkait dengan
penyelesaian saham di Symbian
Limited dan juga persoalan
mengintegrasi semua software
aplikasi ke dalam Symbian yang
baru.
Kekosongan antara tahun 2008
dan tahun 2010 itulah yang
dimanfaatkan Android untuk
tampil melenggang mencitrakan
diri sebagai open source sejati.
Tanggal 4 Februari, menurut
situs resminya di Symbian.org,
Symbian Foundation resmi
merilis platform Symbian di
bawah open source. Untuk rilis
awal, Symbian baru merilis
untuk paket Kernel dan
Hardware Services yang gratis
diunduh.
Informasinya bisa dilihat di
http://developer.symbian.org/
wiki/index.php/
Category:Platform_Opening.
” Platform Symbian yang telah
dibenamkan di lebih dari 330
juta perangkat di seluruh dunia
kini resmi dibuka dan gratis, ”
kata Lee Williams, Executive
Director of the Symbian
Foundation.
”Komunitas pengembang
sekarang sudah diperkuat
untuk menghadapi industri
bergerak masa depan, ” tambah
Lee. Secara penuh, semua
platform Symbian akan dibuka
untuk umum pada pertengahan
2010.
Sayangnya, publikasi rilis open
source itu masih minim dan tak
menggaung. Kalah dengan
gaung Android yang mulai rajin
merangkul komunitas.
”Saya baru saja pulang dari
Singapura, diundang Google
untuk acara Android Developer
Labs. Saya tak menyangka
diundang. Google tampaknya
rajin merangkul komunitas
pengguna maupun developer.
Mereka juga punya acara
Developer Days yang
menggalang para developer,”
kata Agus Hamonangan dari
milis id-android.
Dengan kabar ini, tampaknya
pertarungan ponsel pintar akan
menarik dan komunitas
pengguna serta komunitas
pengembang dipastikan bakal
menjadi ”rebutan”. Namun,
selama berada di jalur open
source, Android dan Symbian
seharusnya bisa bersaing sehat.
Sesama kode terbuka dilarang
saling menelikung.
Wednesday, March 3, 2010
samsung galaxy spica
Samsung Galaxy Spica,
Ponselnya Kolektor Film
detikInet/detikcom - Jakarta, Bagi
beberapa orang, menonton film
dari ponsel merupakan
keasyikan tersendiri. Terkait hal
ini, Samsung telah mengeluarkan
Android pertamanya yang pasti
telah dinanti para kolektor DivX.
DivX atau Xvid untuk versi
gratisnya adalah video codec
yang dapat mengkompresi
ukuran file video menjadi kecil,
namun kualitasnya relatif baik.
Karena digunakan untuk
membuat salinan DVD
berhakcipta, DivX pun menjadi
kontroversial. Alhasil kini banyak
pemburu DivX berkeliaran untuk
mengoleksi film.
Sejalan dengan ini, Indosat telah
mengeluarkan paket ponsel
Android milik Samsung, bernama
Galaxy Spica. Tak seperti ponsel
Android Indosat lainnya, Galaxy
Spica hadir dengan sebuah
player DivX di dalamnya.
Berdasar pantauan detikINET,
Rabu (3/3/2010), Samsung
Galaxy Spica ini mampu
memainkan file DivX ataupun
Xvid dengan resolusi maksimum
720x480. Dengan AMOLED
screen yang diusungnya,
menonton film dari ponsel
Android ini bakal menjadi lebih
'sejuk' di mata.
Sementara untuk kualitas suara,
Samsung menyediakan audio
jack sebesar 3.5 mm. Hal ini
memungkinakan pengguna
memasang speaker out/headset
yang lebih variatif.
Dari sisi memori ponsel, Galaxy
Spica hanya memiliki kapasitas
internal sebesar 180 MB. Namun
untuk eksternalnya (microSD),
ponsel ini mampu menyimpan
file hingga 32 GB. Sebagai
informasi, film Transformers:
Revenge of the Fallen berjenis
DivX memiliki ukuran 1,46 GB.
Spesifikasi Produk:
- Kecepatan CPU 800MHz
- Baterai 1500mAh
- Jejaring Sosial : Facebook, Flickr,
Myspace
- Konektivitas : Bluetooth, Wifi,
USB, Switches
- Multimedia : 200MB + MicroSD
(up to 32GB), 3MP AF Camera,
Media Player – MP3, DivX, WMV
- Android Market
- Kompas Digital & Google Maps
- Email Messaging
- Harga normal/pre-order
(Android Indosat): Rp.
3.499.000 / Rp. 2.999.000
Subscribe to:
Posts (Atom)